Oleh : Mukhnizar Sabri, S. IP
“Marhaban Ya Ramadhan,” inilah kata yang pantas terucap dari mulut insan muslim, sebagai ungkapan rasa syukurnya atas nikmat umur panjang yang diberikan Allah Swt sehingga dapat bertemu lagi dengan bulan suci tahun ini. Di bulan ini, kaum muslim yang merasa beriman, terpanggil untuk melaksanakan ibadah puasa yang diwajibkan kepadanya sebagai mana firman Allah dalam Qs. Albaqarah (2 :183-185) :
“Hai orang-orang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa.” QS (2:183).
Puasa (shaum) menurut istilah berarti “menahan.” Segala aktivitas yang bersifat menahan bisa disebut puasa. Misalnya, seorang gadis yang menahan makan (diet) untuk membuat bentuk tubuhnya langsing dapat disebut puasa menurut istilah, tetapi tidak bisa disebut puasa menurut syariah. Jadi benar bila orang berkata : saya sedang puasa merokok, puasa ngopi dll. Puasa seperti ini, meskipun benar menurut istilah tapi jelas tidak bernilai ibadah.
Puasa yang bernilai ibadah adalah puasa yang dilaksanakan menurut syariah (hukum ibadah puasa itu sendiri), yaitu menahan diri dari segala sesuatu, yang menurut syariah, dapat membatalkan puasa mulai dari waktu Imsa’ hingga sesaat waktu berbuka (Maghrib). Dan puasa ini hendaklah dimulai dengan niat ikhlas karena Allah Swt.
Ada memang rukhsah (keringanan) bagi orang-orang yang tak kuasa menjalankannya. Yang berhalangan tetap, sakit menahun misalnya, diperkenankan membayar fidyah(denda) yaitu memberi makan seorang miskin. Bagi yang sakit (bisa sembuh) dan dalam perjalanan dibolehkan mengkadha(mengganti) di hari-hari yang lain. Namun begitu, “…….bahwa puasa itulah yang lebih baik bagi kamu”(QS 2 :184). Artinya, meskipun sakit, ataupun dalam perjalanan, seandainya kita bisa berpuasa sebaiknya kita berpuasa ketimbang mengqadhakannya di hari yang lain, meskipun ini dibolehkan syara’.
Menurut Imam Al Ghazali ada 3 tingkatan orang yang berpuasa yaitu : Puasa Awam, puasa khusus, puasa khusus bil khusus. Puasa Awam dilakukan oleh orang yang hanya berpuasa secara fisik belaka, menahan lapar dan haus. Tapi, jiwanya tidak berpuasa. Artinya, sifat-sifat yang kurang baik dalam dirinya tidak dikendalikannya, perbuatan yang tak elok masih dilakukannya. Inilah puasa kebanyakan orang. Puasa khusus adalah seperti puasa yang dilakukan oleh para sabat dan tabi’in. Mereka benar-benar sempurna melaksanakan ibadah puasa. Lahir bathin mereka benar-benar tekendali, terhindar dari apa yang disebut dengan kesalahan, kealpaan apalagi dosa. Puasa khusus bil khusus adalah puasa para rasul dan para nabi.
Puasa tidak hanya mengandung hikmah bagi pembentukan kepribadian umat sehingga menjadi kepribadian orang yang bertaqwa, tetapi juga besar manfaatnya bagi kesehatan. “Puasalah kamu agar kamu sehat,” begitu pesan Nabi Muhammad Saw.(Alhadits). Benar! Betapa banyak penyakit yang bersumber dari makanan, apalagi kalau disantap secara berlebihan. “Makanlah kamu sekedar menyangga tulang punggungmu,” kata Rasul. Artinya, makan tidak dimaksudkan untuk berpuas-puasan, atau untuk melepas selera, tetapi cukup untuk menopang energimu sehingga mampu untuk bekerja. Perut kita mesti dibagi tiga bagian : sepertiganya untuk makan, sepertiganya untuk minuman (air)dan sepertiganya lagi sisakan buat udara. Bukankah makan berlebihan itu bisa menimbulkan rasa kantuk?
Hikmah lain yang dapat kita raih di bulan Ramadhan adalah rahmah pada sepuluh malam pertama dan maghfirah (ampunan) pada sepuluh malam kedua serta itqun minannar (terhindar dari azab api neraka) sepuluh malam terakhir bulan suci ini. Masih terlalu banyak hikmahnya yang lain lagi, takkan cukup halaman ini kalau diuraikan seluruhnya hikmah bulan Ramadhan ini.
Nah, yang perlu kita lakukan adalah berupaya sejauh kemampuan kita untuk mencapai tingkat sesempuna mungkin yang dapat kita lakukan. Selebihnya kita berserah diri kepada Allah Swt untuk menilainya. Soal “buah"nya ibadah puasa ini sudah jelas. “Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa.”(QS. 2:185) Predikat “Taqwa” merupakan tingkat tertinggi di sisi Allah Swt. “Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa diantara kamu.” (QS ). Selain itu, Rasulullah menjanjikan penghapusan dosa-dosa yang telah lampau bagi orang yang benar-benar menjalankan Ibadah puasa. Untuk fisik juga ada : Puasalah kamu agar sehat (Al hadits). Ini sudah terbukti menurut kesehatan, lho! Selamat menjalankan ibadah puasa!
Mantap Wo...
BalasHapus